Kamis, 12 Maret 2015

Riveril

Riverblue masih seindah dulu. Airnya begitu jernih hingga dasarnya terlihat. Bebatuan berwarna kelabu berserakan hampir di sepanjang sungai. Ada juga batu-batu besar yang setengah tenggelam di tengah-tengah sungai yang lebar. Rehan memandang keindahan riverblue dalam diam. Sudah hampir setengah hari ia di sana dan tak terlihat tanda-tanda akan beranjak dari tepi sungai, padahal kudanya sudah selesai merumput dan beristirahat.

Kurang dari 5000 langkah ia akan sampai di Prussel, desanya dulu. Namun, entah kenapa, rasanya berat sekali untuk pergi ke sana. Kenangan-kenangan semasa tinggal di desa saling tumpang tindih, berebut untuk naik ke permukaan dan membuat hatinya sedih. Rehan menghela napas. Pria berambut hitam pendek itu lalu merebahkan tubuhnya di atas rerumputan yang lembut. Matanya menerawang ke langit. Kemudian, ia pun memejamkan mata.

Suasana tenang, nyaris sepi. Hampir tidak ada suara apa pun di sini kecuali suara aliran air dan serangga. Angin berembus lembut dari arah utara, membawa bau segar dan dingin. Tempat ini berada di kaki gunung, dan meski hari sudah siang, cuaca di sini masih dingin. Dengan langit yang berawan, itu membuat keadaan semakin bertambah lembap.