Riverblue
masih seindah dulu. Airnya begitu jernih hingga dasarnya terlihat. Bebatuan
berwarna kelabu berserakan hampir di sepanjang sungai. Ada juga batu-batu besar
yang setengah tenggelam di tengah-tengah sungai yang lebar. Rehan memandang
keindahan riverblue dalam diam. Sudah
hampir setengah hari ia di sana dan tak terlihat tanda-tanda akan beranjak dari
tepi sungai, padahal kudanya sudah selesai merumput dan beristirahat.
Kurang
dari 5000 langkah ia akan sampai di Prussel, desanya dulu. Namun, entah kenapa,
rasanya berat sekali untuk pergi ke sana. Kenangan-kenangan semasa tinggal di
desa saling tumpang tindih, berebut untuk naik ke permukaan dan membuat hatinya
sedih. Rehan menghela napas. Pria berambut hitam pendek itu lalu merebahkan
tubuhnya di atas rerumputan yang lembut. Matanya menerawang ke langit.
Kemudian, ia pun memejamkan mata.
Suasana
tenang, nyaris sepi. Hampir tidak ada suara apa pun di sini kecuali suara
aliran air dan serangga. Angin berembus lembut dari arah utara, membawa bau
segar dan dingin. Tempat ini berada di kaki gunung, dan meski hari sudah siang,
cuaca di sini masih dingin. Dengan langit yang berawan, itu membuat keadaan
semakin bertambah lembap.