Kamis, 20 November 2014

Mikir Nggak Mikir, Tetap saja Kepikiran

Euh..., sepertinya blog memang ditakdirkan sebagai tempat berkeluh kesah saya, meski saya pribadi malu juga kalau kebanyakan curhat di sini. Gimana nggak malu? Dikit-dikit curhat, dikit-dikit curhat, padahal mungkin masalahnya itu-itu aja. E tapi, emang sih, masalah yang saya hadapi mirip. Serupa tapi tak sama, dengan sedikit variasi dan kesulitan yang agak njlimet. Halah.., ternyata move on itu memang susah. *kemudian senderan di tiang sambil ndengerin lagu*

Sebenarnya, ini ada sedikit cerita mengenai kegundahan saya dalam menulis naskah cerita. Saya tengah berusaha menyelesaikan 3 naskah cerita sekaligus, dan tahu apa jadinya? Dari mulai awal november sampai sekarang, masing-masing cerita baru sampai di halaman 55, 37, dan 33. Eaaaa..., padahal target saya, akhir Desember atau pertengahan Januari draft awal ketiga naskah ini sudah selesai. Namun, nyatanya... sampai sampai sekarang masih stuck di halaman yang itu-itu saja. Benar-benar membuat stres.

Maaak..., saya benar-benar dag dig dug dengan target serta deadline yang saya tetapin sendiri. Tergoda untuk memprioritaskan salah satu naskah, tapi kok ya, agak susah juga.
Soalnya, saya ingin membuat persediaan stok naskah yang bisa dikirimkan ke penerbit. Taulah, saya ini masih amatiran. Genre cerita yang saya buat juga bukan genre umum yang disukai pasar, jadi... agak susah memang nembusin ke penerbit. Dan kalau hanya menggantungkan dari satu naskah yang ditolak kemudian ditolak lagi dalam jangka waktu yang relatif lama (sekitar 3-6 bulan), bisa-bisa mimpi saya jadi penulis profesional akan terwujud berpuluh tahun lagi. *nyeuh..., pede*

Belum tentu juga sik, udah nyetok naskah banyak, bisa tembus ke penerbit. Namun, seenggaknya, saya berharap dengan terus menulis, membuat cerita-cerita baru, walau genrenya sama, mungkin suatu saat nanti akan ada naskah cerita saya yang tembus ke penerbitan. Perlu diketahui, kalau genre cerita yang saya ambil adalah Fantasi. Kadang saya juga mengawinkan genre cerita ini dengan genre cerita lain seperti distopia, romance, thriller-action. Para Pengendali Naga adalah salah satu contoh cerita fantasi yang saya buat dengan mengawinkan genre distopia. Kalau soal romance, Purnama Terakhir adalah contohnya. Cerita fantasi ini belum pernah saya publikasikan ke mana-mana lho, kecuali di salah satu situs *piiip*. Novel Purnama Terakhir awalnya adalah sebuah cerpen, yang saya kembangkan menjadi sebuah novel. Berkisah mengenai percintaan seorang manusia dengan seorang 'makhluk'. Pastinya makhluknya apa? La-ha-ciaaa~ *dikeplak*

Nyahahaha, kembali ke kegalauan saya. Sekarang saya terpikir ingin menyelesaikan mana dulu dari ketiga naskah ini. Sebagai bocoran ketiga naskah yang sedang saya selesaikan adalah para pengendali Naga 2 (rewrite dari drafnya, sekuel para pengendali naga 1), Ur's Journey, dan Lazuardi : Hunter X Vampir. Udah hampir 2 minggu saya gak nyentuh naskah Para Pengendali Naga 2, padahal di antara ketiganya saya paling suka ngerjain ini (walau emang sempat bingung dan stres juga ngerjainnya). Hunter X Vampir juga rewrite dari draf pertamanya nun dulu sekali. Kenapa saya bilang demikian? Karena nyatanya cerita ini sudah hampir  saya rewrite lebih dari 6 kali. Sedangkan Ur's Journey adalah cerita baru yang saya buat. Saya agak kesulitan untuk mengerjakannya meski telah memiliki outlinenya. Tak lain karena masih meraba-raba mengenai dunia bentukan yang saya buat untuk cerita ini. Duh... rempong amat ya jadi penulis. Tapi... ini nyenengin lho... :))) *meski harus dibayar dengan kesetresan dan ketekunan, serta perjuangan mati-matian*

Kadang saya telusur demi telusur, kesalahan maupun apa yang membuat saya bisa menjadi tertekan dan stres waktu menulis. Lagi-lagi, saya mendapat tamparan yang cukup keras ketika membaca salah satu tweet dari salah satu penerbit yang saya follow. Dalam tweetnya, penerbit itu mengatakan, "Menulislah dengn hati. Kesempurnaan itu hanya milik Allah Sang Maha Kuasa." Tweetnya sebenarnya lebih panjang lagi, tapi saya singkat jadinya seperti itu. Ehm, saya termenung dengan kata-kata itu. Selama ini saya menyadari, bahwa saya sering mengedit kalimat-kalimat atau pun narasi dalam novel saya demi sebuah kesempurnaan. Percaya atau tidak, 5 halaman cerita dalam cerita saya bahkan bisa saya edit berulang-ulang sampai memakan waktu 4 hari.

Gak percaya?

Saya baru mengalaminya dan cerita saya stuck belum maju sama sekali. Padahal, minggu depan saya berniat untuk mengerjakan naskah yang lain. Fiuh..., kalimat mengenai kesempurnaan itu sebenarnya sudah sering saya baca, tapi selalu saja mengena. Entah sampai kapan saya bisa sedikit terlepas dari beban kesempurnaan ini. Saya memang ingin mengerjakan yang terbaik, tapi lama-kelamaan kalau sedikit-sedikit harus sempurna, itu menjadi beban yang tidak mengenakkan. Apalagi cerita belum sepenuhnya selesai. Bisa dibayangkan, otak bakal ruwet.

Ah..., jalan ini rupanya masih panjang. Saya masih harus banyak belajar, entah itu mengenai tehnik penulisan ataupun penghayatan dalam menulis. Sepertinya, saya juga harus belajar mengendalikan diri.

Be Creative, Salam dari Dunia Antah-Berantah :D

2 komentar:

  1. Dikerjakan satu2 to, sebulan satu novel kan jos tuh
    Semangaaaat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, rencananya, aku juga mau memprioritaskan salah satu mbak. Jebul mumet je, ngerjakke 3 sekaligus >.<

      Tapi, dulu pernah pengalaman ngerjakan 1 novel 1 bulan, hawane badan jadi gak enak ama langsung mabok nulis setelah itu :)))

      Hapus