Jumat, 18 Desember 2015

Januari Bergembira!

Halo semuanya....,

Setelah berbulan-bulan blog yang ini hiatus, saya datang lagi mengisi dengan sebuah event menarik nih (^0^)

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya bulan oktober lalu, saya memposting cerita berjudul : "The Golden Ankhsok: Midnight of Blue Fire" di Wattpad. Ceritanya bergenre fantasi dan mengisahkan perjalanan seorang gadis bernama Lea beserta budak lelakinya bernama Mirtha di sebuah kerajaan bernama Athaliant. Nah, Event yang saya selenggarakan kali ini memiliki kaitannya dengan cerita tersebut.

Senin, 05 Oktober 2015

Serius Cuma Mitos? : Writer's Block dan Mood


   Sudah cukup lama tidak mengisi blog ini. Sebenarnya, beberapa bulan lalu saya ingin mengisinya dengan beberapa tema. Namun, karena terkendala dengan waktu, rasa malas, dan (yang paling utama) jaringan internet, akhirnya tema-tema itu teronggok dalam pikiran saya dan terlupakan begitu saja. Hmm..., sungguh disayangkan.

   Yah, beginilah bila seorang penulis memperturutkan rasa malasnya. Yang ada, ide-ide yang seharusnya bisa diolah menjadi sebuah cerita, akhirnya terkubur sia-sia karena masalah sehari-hari, hingga terlupakan begitu saja. Ada yang pernah mengalami apa yang saya rasakan? Saya kira, hampir setiap penulis pernah melakukan ini. Mau tidak mau, mood memang sangat mempengaruhi semangat menulis. 

   Saya pernah membaca beberapa artikel yang dibuat salah satu penerbit, isinya tak lain ajakan untuk konsisten menulis. Paling tidak, setiap hari kita bisa meluangkan waktu untuk menulis. Bagi sebagian orang, hal ini sulit. Namun bagi sebagian yang lain     dengan displin dan latihan terus-menerus, itu merupakan sesuatu yang ringan. Bagi saya sendiri, konsisten menulis setiap hari termasuk sulit dan membutuhkan kestabilan emosi yang baik, karena ini berkaitan dengan mood serta writer's block.

Senin, 22 Juni 2015

Mungkin Ini Bukan Saatnya?


   Pernah nggak sih, kalian meminta atau mengharapkan sesuatu tetapi ternyata nggak dikasihin saat itu juga? Saya pernah, sering malah. Bukan hanya dalam konteks meminta pada sesama manusia, yang notabene dari Ibu atau Bapak, melainkan meminta pula dari Tuhan Yang Maha Kaya.

   Soal minta-meminta ini paling kuat saya rasakan tahun lalu, saat masih jadi pengangguran, gak punya uang, serabutan apa pun dilakoni asal ada dana tambahan di tabungan. Waktu itu, saya stressnya bukan main, sampai-sampai yang namanya mau senyum pun susah. Jadi isinya kepala pasti udah luntang-lantung mikir apa yang harus dilakoni biar dapet tambahan uang. Walau begitu..., kadang saya juga menyadari, situasi stress ini saya sendiri yang menciptakannya, karena... emang ndak niat juga cari kerja tetap gara-gara ingin fokus ke penulisan.

   Cilaka emang. Cilaka.... 

Rabu, 08 April 2015

Tiket Ke Surga

     Seorang wanita tuna susila ditemukan tewas di gang sempit yang ada di antara dua kompleks ruko. Tidak ada tanda kekerasan di tubuhnya, tapi matanya membelalak, seolah baru saja melihat sesuatu yang menakutkan. Perkiraan kematiannya antara jam 1 hingga jam 3 pagi, sewaktu keadaan di sekitar tempat tersebut sedang sepi-sepinya.

Sekarang, polisi masih memeriksa tempat kejadian perkara dan mencatat keanehan apa pun di sekitar sana. Orang-orang berkerumun di pinggir garis polisi, ingin tahu apa yang terjadi. Beberapa berkasak-kusuk, membicarakan korban pembunuhan yang kini telah ditandu ke ambulans. Rasa was-was dan khawatir terlihat di wajah orang-orang yang tengah menonton itu. Perhatian mereka tertuju pada si mayat yang sudah masuk ke kantong jenazah dan dibawa ke dalam ambulans. Satu-dua orang terlihat geleng-geleng kepala.

“Ini pembunuhan kelima dalam sebulan terakhir,” gumamnya yang disambut komentar bernada khawatir dari orang di sebelahnya.

Akhir-akhir ini pembunuhan marak terjadi, terutama di kawasan rawan kejahatan serta lokalisasi. Dan yang paling mengherankan, korban yang tewas adalah si pelaku kejahatan sendiri. Ada dugaan kalau mereka dibunuh oleh musuh mereka. Namun, dari sebagian besar korban yang telah diautopsi, tubuh mereka benar-benar bersih dari kekerasaan, seolah... serangan jantung-lah yang menyebabkan mereka mati.

Kamis, 12 Maret 2015

Riveril

Riverblue masih seindah dulu. Airnya begitu jernih hingga dasarnya terlihat. Bebatuan berwarna kelabu berserakan hampir di sepanjang sungai. Ada juga batu-batu besar yang setengah tenggelam di tengah-tengah sungai yang lebar. Rehan memandang keindahan riverblue dalam diam. Sudah hampir setengah hari ia di sana dan tak terlihat tanda-tanda akan beranjak dari tepi sungai, padahal kudanya sudah selesai merumput dan beristirahat.

Kurang dari 5000 langkah ia akan sampai di Prussel, desanya dulu. Namun, entah kenapa, rasanya berat sekali untuk pergi ke sana. Kenangan-kenangan semasa tinggal di desa saling tumpang tindih, berebut untuk naik ke permukaan dan membuat hatinya sedih. Rehan menghela napas. Pria berambut hitam pendek itu lalu merebahkan tubuhnya di atas rerumputan yang lembut. Matanya menerawang ke langit. Kemudian, ia pun memejamkan mata.

Suasana tenang, nyaris sepi. Hampir tidak ada suara apa pun di sini kecuali suara aliran air dan serangga. Angin berembus lembut dari arah utara, membawa bau segar dan dingin. Tempat ini berada di kaki gunung, dan meski hari sudah siang, cuaca di sini masih dingin. Dengan langit yang berawan, itu membuat keadaan semakin bertambah lembap.

Sabtu, 28 Februari 2015

Februari Ecstasy : Dunia yang Teramat Getir


Judul : Februari Ecstasy (Monthly series #2)
Penebit : Grasindo
Genre : Thriller, kriminal
Tebal : 200 halaman

Blurb

Mayang:
Napasku memburu. Bayangan Nugie mati di tanganku mulai berputar. Bagaimana aku bisa membunuh dia? Aku tumbuh besar bersamanya. Aku mencintainya.

Nugie:
Joya terus menatapku. Kutatap dia jauh lebih dalam, bila perlu sampai menembus hatinya. Biar aku bisa menetap di sana. Ya, aku harus bisa menguasai Joya.

Joya:
Kubakar ujung lintingan yang lebih besar, kuisap dalam-dalam asap organik itu. Sejenak aku lupa akan Nugie dan Mayang. Kalau aku boleh meminta, aku ingin melupa semuanya.

***

Mayang, Nugie dan Joya dicurigai sebagai pembunuh Sukoco, Sang Pemimpin Geng dan juga merupakan ayah Nugie. Si kembar Mayang dan Joya dibesarkan Sukoco setelah pria itu membunuh kedua orang tua mereka 12 tahun lalu. Tapi semua orang juga tahu, Nugie sangat membenci ayahnya sendiri. Hanya ada satu pemimpin yang boleh menguasai seluruh rusun. Mereka bertiga hanya punya dua pilihan, membunuh atau terbunuh.

Review


Februari selalu diagungkan sebagai bulan penuh cinta. Alasannya apalagi kalau bukan karena hari Valentine yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Yah, terlepas dari segalah sejarah asal mula hari Valentine, saya sering berpikir sinis kalau hari itu adalah salah satu hari di mana perusahaan cokelat bisa merengguk untung banyak, begitu juga dengan kafe-kafe, rumah makan, atau mungkin bidang-bidang hiburan yang menargetkan pada pasangan anak manusia. Kalau pasangannya udah suami-istri sih, saya nggak masalah. Yang kadang bikin pokerface adalah kalau ngelihat remaja-remaja belasan yang udah yayang-yayangan. Mirisnya lagi, anak SD pun sekarang udah kenal pacaran. Tahu, kan, beberapa waktu lalu sempet heboh tuh screenshoot mengenai sepasang anak SD yang pacaran. Kasihan, nama fb mereka sama sekali gak disamarkan. Mungkin mereka emang kelihatan norak, tapi... anak-anak tetap saja anak-anak. Duh Dek..., masa depanmu masih terlalu panjang untuk mengenal pacaran :'(

*Ini kenapa aku jadi curhat sih*

Sabtu, 24 Januari 2015

Si Ganteng dan Si Telmi

   Orang-orang biasa berpikir, bahwa apa yang terbaik untuk dirinya, juga terbaik untuk orang lain. Apa yang menurutnya bagus, juga bagus untuk orang lain. Ketika ada orang yang tidak sependapat dengan pemikirannya, ada kecenderungan bagi mereka untuk memaksakan pendapat mereka. Walau..., tak sedikit juga yang abai dengan perbedaan pendapat dan mengganggapnya hal biasa.

   Begitu pula ketika saya memelihara kucing. Yang ribut dan komentar bukan saya, tapi orang-orang di sekitar saya. Kadang saya agak geli sekaligus miris. Sering saya ditanya mengenai jenis kucing yang saya pelihara. Begitu saya menjawab kalau saya memelihara kucing kampung, mereka lantas terheran-heran dan kembali bertanya, 'Kenapa nggak memelihara persia?', 'Kenapa bukan anggora?', dan tentu saja saya balas menjawab, "Saya dapat kucing itu gratisan kok, ya, saya terima apa adanya." 

   Mereka tambah heran lagi karena saya lempeng aja memelihara kucing kampung. Saya tahu apa yang ada di dalam pikiran mereka, anak-anak kucing kampung sudah jelas tidak akan laku dijual, bahkan dikasih ke orang saja belum tentu ada orang yang mau melihara. Kucing kampung selalu identik dengan sampah, liar, garong, nakal, 'penyakitan', kotor, dan segala macam hal-hal buruk lainnya. Padahal, kalau kita mau merenung lebih dalam, semua kucing atau semua binatang, memiliki potensi seperti itu bila dia diliarkan. Jika persia dan anggora kemungkinan bisa memberikan keuntungan, memelihara kucing kampung justru membutuhkan ketulusan. Seperti apa yang saya bilang tadi, kucing ini erat dengan stigma negatif dan jarang ada yang mau memeliharanya dengan baik. Dipelihara pun mungkin dibiarkan nyari makan sendiri dari sampah yang ada. (Si Mimi pernah pamer bawa tulang paha yang dia dapet dari sampah lho. Dibawa pulang ke rumah dan dipamerin di depanku ama sepupuku. Ya jelas aku langsung jejeritan ngerebut tulang yang dia bawa dan kubuang lagi. Salah sendiri pamer ke dalam rumah. --", habis itu kukasih makanannya).

Jumat, 16 Januari 2015

Kucing-kucing Eksotis

   Dalam tulisan sebelumnya, saya menceritakan mengenai 1 nafas 1 kehidupan, yang memiliki arti bahwa setiap kehidupan itu berbeda. Kehidupan antara orang yang satu dengan orang lain, maupun kehidupan yang ada dalam sebuah buku. Tiap buku memiliki cara kelahiran yang berbeda dan nafas yang berbeda, yang menyebabkan buku tersebut menjadi unik juga menarik. Ketika tulisan mulai ditorehkan di atas kertas, maka kehidupan dari buku tersebut pun dimulai. Selain buku maupun manusia, hewan pun memiliki sifat yang berbeda-beda. Saya pernah cerita kalau saya punya kucing, kan? Nah, kucing-kucing itu memiliki watak dan tindak-tanduk yang unik dan khas. Kadang menggemaskan, tapi lebih sering bikin jengkel. (Iya, ini karena mereka pada manja-manja) :)))

   Saya mulai memelihara kucing sekitar tahun 2014 pada bulan maret atau april. Kucing pertama saya namanya Mimi, betina, usia sekitar 7 bulan, dan ternyata diserahkan pada saya dalam keadaan bunting. (Ini yang saya gak tahu ketika dapet kucing ini.). Mimi termasuk kucing yang manis. Dia bisa dibilang cantik lho. Bulunya dominan putih, tapi dari bagian kepala, punggung, sampai ekor yang paling dominan adalah warna oranye dan hitam. Ekornya yang panjang berwarna oranye dengan cincin-cincing hitam serta warna hitam menyeluruh di bagian ujungnya. Bisa dibilang, dibanding anak-anaknya, Mimi ini tidak termasuk merepotkan. Dia merepotkan kalau udah minta makan. Kucing ini tahu diri buat gak ganggu orang rumah. Lebih senang menyepi dan tidur di lantai atas sebelum turun lagi buat makan. Ini dia foto penampakan Mimi.

ini Mimi ketika bunting anak pertama
Kalau yang ini pas ditinggal di rumah simbah
   

Sabtu, 10 Januari 2015

1 Nafas, 1 Kehidupan


   Mungkin kalian bakal heran dengan isi posting hari ini karena sangkut pautnya dengan dua foto di atas sangat kecil. Sebelumnya, saya ingin ngucapin selamat tahun baru 2015! Semoga tahun ini kita bisa mencapai resolusi serta menggapai impian! Semangat 2015! (^^)9

   Sudah lama sekali sejak saya terakhir nulis blog. Euh..., sepertinya saya harus meningkatkan disiplin waktu untuk rajin nulis blog seminggu sekali. Tapi, ya itu..., kadang ada banyak kendala untuk menulis di blog ini. (kalau yang ini mah, ntar jadinya banyak alesan). Awal minggu tahun baru kemarin, saya menghabiskan liburan di tempat simbah saya di daerah Jawa Timur. Tempatnya cukup asri (baca: masih banyak sawah dan pohon), sayangnya..., kalau siang puanasnya minta ampun. Sekalipun di daerah jawa dan dekat dengan kota,  daerah simbah saya termasuk memiliki akses jalan yang buruk. Sepanjang ingatan saya, dari kecil sampai sekarang udah lulus kuliah, jalan menuju ke area rumah simbah nggak pernah bagus. selalu bergelombang, penuh batu dan berdebu. Untunglah, kemarin ketika pulang, saya lihat mulai ada proyek pembangunan jalan, jadi jalan di sana dipaving oleh kelurahan.

   Nah, sebenarnya dua foto di atas berkaitan dengan kepulangan saya ke rumah mbah. Ketiga kucing itu adalah kucing-kucing saya yang sekarang saya lepas di desa. Kalau dihitung, hampir seminggu saya melepaskan mereka di desa. Yah..., saya jadi rindu pada mereka, terutama pada kucing berbulu oranye. Namanya Jo dan dia termasuk pintar. Yang belang dan item termasuk pinter juga sik. Cuma, yang belang rada telmi, kalau yang item suka nggigit. Cuma Jo aja yang     walaupun suka ndusel n minta makan terus, termasuk patuh dan gampang akrab. Kapan-kapan, akan saya ceritakan soal kucing-kucing ini deh.